Puasa  dalam  bahasa  Arab  al-Shaum,   yang  artinya menahan. Orang-orang Arab biasa mengacu kata ini  pada  kuda yang tak mau lari atau tak mau diberi makan. Dalam Islam kata  al-shaum berarti menahan diri dengan sengaja dari apa  yang membatalkan  puasa (Muhaqqiq al-Hilli, Syara’ al-Islam) Bagi   seorang muslim berpuasa bukan sekadar  menahan diri  dari makan  dan  minum  tetapi mengandung  makna tambahan ibadah, kesenangan batin,  moralitas dan hukum.
Puasa  juga mengandung makna pembangunan atau pembentukkan karakter,  penguasaan atas hawa  nafsu  dan  suatu inspirasi ke arah kreatifitas  individual dan sosial.Puasa   juga  telah menjadi bagian  dari  pilar-pilar Islam  yang merupakan  kewajiban agama bagi semua  orang yang berimankan Tauhid, dan karena itu  barangsiapa yang menolaknya maka ia telah menjadi kafir.Puasa  juga  merupakan tanda  lahir  dari  ketaatan, penyerahan dan peribadatan kepada Allah SWT.Rasul  saww bersabda: Allah SWT berfirman:  “Puasa  itu untuk-Ku, karena itu Akulah yang akan memberi  ganjaraannya langsung!” (Bihar al-Anwaar 96:255)Dengan   puasa seorang muslim mengungkapkan  penyerahannya (taslim) kepada  perintah Allah, sambutannya atas kehendak-Nya, dan merupakan penolakkan  yang tegas  atas penguasaan  hawa nafsu atas dirinya, dan hasrat  pribadinya.  Puasa menjadi sebuah manifestasi dari  ketaatan  makhluk-Nya kepada Kehendak Yang Maha Kuasa.Ekspresi   yang diungkapkan lewat puasa ini  mewakili bentuk penguasaan  diri,  dan  usaha dalam  mengatasi kesenangan-kesenangan  jasadi dan  berbagai  kenikmatan badani demi kecintaan Allah yang penuh berkat,  kedekatan  kepada-Nya dan gairah untuk memperoleh keridhaan-Nya.Hal  ini merupakan suatu kemenangan cinta suci atas hawa nafsu dan keinginan  diri. Watak seperti ini  mewakili  penguasaan atas kenikmatan fana  untuk memperoleh kenikmatan abadi (yang telah dijanjikan Yang Mahakuasa)Seseorang  yang berpuasa dengan senang hati  menjauhkan  dirinya dari  kesenangan-kesenangan  hidup  tanpa faktor  pencegah atau penghalang  selain menaati  Allah SWT  dan menunjukkan pengabdian yang total atas   perintah-perintah-Nya. Kenyataan ini telah di sebutkan dalam khotbah   Nabi saww di atas: “Setiap nafas yang  engkau tarik adalah tasbih (penyucian kepada Allah) dan tidurmu adalah dalam ibadah.”Dengan  demikian, seluruh waktu di dalam bulan Ramadhan menjadi peribadatan.  Setiap kegiatan dan  aktivitas manusia  beriman yang berpuasa menjadi   pengejewantahan ibadah, selama ia tidak melakukan perbuatan tercela.Tidurnya   orang yang berpuasa, bahkan  setiap  hembusan nafasnya merupakan amal  ibadah, karena dari jasad orang yang berpuasa secara sungguh-sungguh  terpancar  keberadaan ibadah yang terus menerus melalui pemantangan  dari merasakan hal-hal yang enak walaupun halal, yang dikerjakan  semata-mata karena ketaatan kepada Allah SWT.Rasulullah saww bersabda: “Orang   yang berpuasa itu dalam beribadah kepada Allah walaupun  iatidur di  ranjangnya selama ia  tidak menggunjing orang muslim lainnya.” (Al-Bihar 96:247)Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya mustajab (dikabulkan), amalnya diterima. Sesungguhnya bagi seorang yang berpuasa di saat berbuka do’anya tidak tertolak!” (Bihar al-Anwar 93:360)Rasulullah saww bersabda, “Sesungguhnya  ada  satu  surga yang pada  pintunya  ada penjaga yang melarang siapapun masuk kecuali orang-orang yang berpuasa.” (Al-Bihar 96:252)Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Bagi   orang  yang berpuasa itu  ada dua  kebahagiaan: kebahagiaan ketika  berbuka puasa dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhannya.” (Furu’ al-Kafi 4:65)Sayyidah Fathimah az-Zahra as berkata, “Dia (Allah  SwT) menjadikan puasa sebagai penguat  keikhlasan” (A’yan al-Syi’ah 1:316)PUASA SEBAGAI ZAKATNYA BADANRasulullah saww bersabda, “Segala  sesuatu itu ada zakatnya, dan zakat badan  itu adalah puasa!” (Bihar al-Anwar 96:246)PUASA SEBAGAI PERISAI DARI SIKSA NERAKARasulullah saww  bersabda, “Hendaklah  engkau berpuasa, karena sesungguhnya  puasa itu  melindungimu  dari siksa Neraka  dan  jika engkau sanggup, di saat maut  datang kepadamu, sedangkan perutmu  dalam keadaan lapar maka  lakukanlah!”  (Bihar  al-Anwar 96:258)JAGALAH PUASA DAN SHALATMURasulullah saww bersabda, “Bisa   saja orang yang berpuasa hanya memperoleh lapar dan haus saja dari  puasanya dan bisa pula  orang yang shalat malam hanya mendapatkan  ketidaktidurannya itu  dari shalat malamnya.” (Bihar al-Anwar 96:289)
Imam  Ali as berkata, “Hakikat puasa itu adalah menjauhi segala yang  diharamkan sebagaimana seseorang mencegah dirinya dari makan dan  minum.” (Al-Bihar 96:294)BUAH PUASADi dalam hadits  tentang Mi’raj-nya Nabi saww,  Nabi saww bertanya kepada Allah SWT:  “Wahai  Tuhan,  apakah yang diwariskan  dari puasa?”.  Allah  SWT  menjawab: “Puasa itu mewariskan hikmah, dan hikmah itu mewariskan  ma’rifat dan ma’rifat itu mewariskan keyakinan.  Maka apabila seorang  hamba telah memiliki keyakinan niscaya ia  tidak  lagi peduli apakah ia  bangun  di pagi hari dalam keadaan susah maupun dalam keadaan senang!”(Bihar al-Anwar 77:27)PUASA SEBAGAI SARANA  PENDIDIKAN RUHANISemua  bentuk  peribadatan yang  diperintahkan  oleh Allah  SWT bukanlah  semata-mata praktek-praktek  ritualisme  agama  seperti yang  disalah  tafsirkan banyak orang.  Seluruh peribadatan tersebut merupakan  suatu  bentuk rinci dari pendidikan ruhani, psikologis, fisik dan  sosial.Di  samping suatu sarana untuk  menunjukkan penyerahannya  yang total  kepada Allah  SWT, seluruh peribadatan  itu berfungsi dan berperan   penting  dalam memperbaiki dan mengembangkan  jiwa dan  kepribadian  seseorang,  yang  pada  gilirannya akan mempengaruhi masyarakat  secara positif sebagai suatu kesatuan yang utuh.Seperti   puasa  bukanlah sekedar menahan  makan  dan minum dan hubungan seks  saja, tetapi juga menahan  diri dari  semua perbuatan yang merugikan  diri sendiri  dan orang  lain. Konsep ini akan membentuk secara   langsung sebuah masyarakat yang penuh kebajikan.Rasulullah saww bersabda, “Barangsiapa  yang berpuasa dalam bulan Ramadhan karena iman dan  mencari  keridhaan   Allah  serta melindungi telinganya, matanya dan lidahnya dari hal yang   merugikan orang lain, niscaya Allah akan menerima  puasanya,  mengampuni kesalahan-kesalahannya di masa lalu.” (Riwayat dari Imam Ali bin Abi Thalib)Dari Imam Muhammad al-Baqir as, bahwa Nabi saww bersabda kepada sahabat Jabir bin Abdillah, “Wahai  Jabir, barangsiapa berpuasa pada hari-hari bulan Ramadhan, mendirikan  shalat pada bagian-bagian malamnya,  menjaga hawa nafsu syahwatnya,   mengendalikan lidahnya,  merendahkan pandangannya dan tidak  menyakiti  perasaan orang  lain niscaya akan terbebas  dari  dosa seperti pada saat  ia baru dilahirkan!” (Fasting A Divine Banquet)Imam Ja’far al-Shadiq as meriwayatkan dari ayah-kakeknya, bahwa Rasulullah saww bersabda, “Apabila   seseorang berpuasa menjawab  ketika  dicerca: “Damai atas kamu, saya  tidak akan mencerca seperti yang anda lakukan.”, niscaya Allah SWT akan  berfirman, “Demi Puasa, hamba-Ku telah menyelamatkan dirinya dari   kejahatan hamba-Ku yang lain, maka Aku anugerahkan  perlindungan dari  siksa Neraka.” (Fasting A Divine Banquet)NASIHAT IMAM JA’FAR ASH-SHADIQ AS KEPADA SEORANG MUSLIM YANG BERPUASA“Bilamana   anda berpuasa, jagalah pendengaran dan  penglihatan  anda  dari yang  haram, dan  jagalah  seluruh anggota  tubuh anda dari perbuatan yang  buruk.  Jangan mencerca atau menyakiti seorang pelayan. Berlaku  hormatlah sebagaimana mestinya seorang yang sedang berpuasa. Diam dan  tenanglah serta selalu berdzikir kepada Allah. Jangan menganggap hari  puasa anda sebagai hari  biasa, karena tahanlah diri anda dari  berhubungan seks, mencium dan tertawa nyaring, karena Allah tidak  menyukainya.” (Fasting A Divine Banquet)PERINGATAN NABI SAWW“Barangsiapa  yang menggunjing saudara muslimnya  maka puasanya tidak sah dan  wudu’nya nihil. Apabila ia  mati dalam  keadaan seperti itu maka ia mati dalam  keadaan seperti  orang yang menghalalkan apa  yang  diharamkan Allah.” (Fasting A Divine Banquet)KEDERMAWANAN DALAM BULAN RAMADHANImam  Ja’far ash-Shadiq as meriwayatkan bahwa datuknya, Imam Ali Zainal  Abidin biasa membebaskan 20  orang budak atau lebih pada hari terakhir  bulan Ramadhan.(Fasting A Divine Banquet)PUASA MENAJAMKAN SENSITIFITAS KEPEDULIAN SOSIALImam Ja’far ash-Shadiq as berkata, “Allah  mewajibkan puasa untuk mempersamakan si kaya dengan si miskin. Dengan   puasa orang kaya  akan  merasakan deritanya  lapar untuk menimbulkan  rasa belas  kasihnya kepada si miskin, karena selama ini si kaya tidak  pernah merasakannya. Allah menghendaki untuk  menempatkan   makhluk-makhluk-Nya pada suatu pijakan  yang  sama dengan jalan membuat  si kaya turut merasakan nestapanya lapar, sehingga ia menaruh belas  kasihan kepada  orang yang lemah dan lapar.”(Bihar al-Anwar 96:371)TANGGAL TANGGAL PENTING DI BULAN RAMADHANImam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Taurat   diturunkan  pada  6 Ramadhan,  Injil  pada  12 Ramadhan, Kitab Zabur  pada 18 Ramadhan dan Furqan  (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadar!”Ketika Imam Ash-Shadiq as ditanya tentang Lailatul Qadar, beliau mengatakan: “Carilah ia pada malam ke-19, ke-21 atau ke-23.”*  Pada bulan Ramadhan, Rasulullah saww kehilangan 2 orang yang dicintainya, Khadijah as, isterinya dan  Abu Thalib, pamannya.*   Pada  19 Ramadhan 40 H, Imam Ali bin Abi  Thalib  as ditetak kepalanya  yang mulia oleh pedang seorang durjana,  Abdur Rahman  ibn  Muljam,   ketika  beliau  sedang  mengimami shalat subuh, dan pada 21 Ramadhan-nya  beliau syahid.* Pada 15 Ramadhan 2 H, Imam Hasan as, cucu Nabi Saw dilahirkan.*  Pada 2 Ramadhan 2 H, terjadi perang Badar yang  dimenangkan  oleh   kaum  muslimin  atas  orang-orang  Kafir Quraisy,  di mana tentara  muslimin pada saat itu  hanya berjumlah  313 orang sementara kaum   kafirin  berjumlah 1000 orang!* Pada bulan Ramadhan Th 8 H, Makkah jatuh  ke  tangan kaum muslimin.Laa hawla wa laa quwwata illa billah.x
x
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar